Assalamu 'Alaikum....
Alhamdu lillahi Robbil 'alamin, segala puji bagi Allah SWT, Sholawat dan Salam semoga terlimpah curah kepada Jungjunan alam, Baginda Rosul yang Agung, Habibana Wanabiyana Muhammad SAW, kepada keluarganya, shohabatnya, ummatnya sampai akhir zaman, udah-mudahan termasuk kita didalamnya. Aamiin Yaa Robbal 'alamin.
Tiada terasa, pada saat ini, tepatnya lusa, kita telah bertemu lagi dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan, peringatan kali ini, tidak hanya seremonial atau rutinitas belaka, tetapi mari kita jadikan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW kali ini sebagai tonggak awal atau langkah awal kita untuk lebih meningkatkan kualitas diri kita. Yang terutama adalah kualitas keimanan kita yang akan berimbas kepada peningkatan kualitas-kualitas yang lainnya seperti kualitas pekerjaan kita, kualitas kita sebagai kepala keluarga dan masih banyak lagi hal-hal lain yang bisa kita tingkatkan kualitasnya.
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21).
Untuk meneladani Rasulullah SAW secara keseluruhan, bagi kita sebagai manusia biasa, tentu sangat berat. Karena sebagaimana kita tahu bahwa Akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Qur'an. Dan isi Al-Qur'an yang kita fahami sangatlah terbatas. Bahkan diantara kita ada yang hanya baru bisa membaca Al-Qur'an (termasuk saya) dan belum pada taraf memahami Al-Quran.
Jadi dengan penjelasan diatas, Harus bagaimana kita meneladani Rasulullah SAW?
1. Kita harus YAKIN seyakin-yakinnya bahwa yang pantas kita jadikan role model atau kita jadikan panutan atau yang pantas kita tiru dalam segala hal hanyalah Baginda Rasulullah SAW.
2. Terus mempelajari tentang Akhlaq Rasulullah SAW dalam berbagai Aspek kehidupan.
3. Mulai meneladani Akhlaq Rasulullah dari hal-hal kecil yang mungkin kita anggap sepele, misalnya Akhlaq beliau dalam berpakaian. Ketika mengenakan pakaian beliau selalu berdo'a dan selalu mendahulukan anggota badan yang kanan. Contoh lain yang mungkin kita anggap sepele juga adalah Akhlaq beliau ketika makan. Beliau ketika makan selalu dalam posisi duduk, tidak berdiri, apalagi apalagi sambil berjalan. Dan masih banyak lagi hal-hal yang kita anggap kecil dan sepele sehingga yang kita lakukan sangat jauh berbeda dengan yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Berikut ini saya akan memberikan contoh Akhlaq beliau, Rasulullah SAW dalam salah satu aspek kehidupan yaitu Akhlaq beliau sebgai Ayah.
Baca Selengkapnya - Menjadikan Maulid Nabi Sebagai Tonggak Awal Memperbaiki Kualitas Diri Kita
Alhamdu lillahi Robbil 'alamin, segala puji bagi Allah SWT, Sholawat dan Salam semoga terlimpah curah kepada Jungjunan alam, Baginda Rosul yang Agung, Habibana Wanabiyana Muhammad SAW, kepada keluarganya, shohabatnya, ummatnya sampai akhir zaman, udah-mudahan termasuk kita didalamnya. Aamiin Yaa Robbal 'alamin.
Tiada terasa, pada saat ini, tepatnya lusa, kita telah bertemu lagi dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan, peringatan kali ini, tidak hanya seremonial atau rutinitas belaka, tetapi mari kita jadikan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW kali ini sebagai tonggak awal atau langkah awal kita untuk lebih meningkatkan kualitas diri kita. Yang terutama adalah kualitas keimanan kita yang akan berimbas kepada peningkatan kualitas-kualitas yang lainnya seperti kualitas pekerjaan kita, kualitas kita sebagai kepala keluarga dan masih banyak lagi hal-hal lain yang bisa kita tingkatkan kualitasnya.
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21).
Untuk meneladani Rasulullah SAW secara keseluruhan, bagi kita sebagai manusia biasa, tentu sangat berat. Karena sebagaimana kita tahu bahwa Akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Qur'an. Dan isi Al-Qur'an yang kita fahami sangatlah terbatas. Bahkan diantara kita ada yang hanya baru bisa membaca Al-Qur'an (termasuk saya) dan belum pada taraf memahami Al-Quran.
Jadi dengan penjelasan diatas, Harus bagaimana kita meneladani Rasulullah SAW?
1. Kita harus YAKIN seyakin-yakinnya bahwa yang pantas kita jadikan role model atau kita jadikan panutan atau yang pantas kita tiru dalam segala hal hanyalah Baginda Rasulullah SAW.
2. Terus mempelajari tentang Akhlaq Rasulullah SAW dalam berbagai Aspek kehidupan.
3. Mulai meneladani Akhlaq Rasulullah dari hal-hal kecil yang mungkin kita anggap sepele, misalnya Akhlaq beliau dalam berpakaian. Ketika mengenakan pakaian beliau selalu berdo'a dan selalu mendahulukan anggota badan yang kanan. Contoh lain yang mungkin kita anggap sepele juga adalah Akhlaq beliau ketika makan. Beliau ketika makan selalu dalam posisi duduk, tidak berdiri, apalagi apalagi sambil berjalan. Dan masih banyak lagi hal-hal yang kita anggap kecil dan sepele sehingga yang kita lakukan sangat jauh berbeda dengan yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Berikut ini saya akan memberikan contoh Akhlaq beliau, Rasulullah SAW dalam salah satu aspek kehidupan yaitu Akhlaq beliau sebgai Ayah.
NABI MUHAMMAD SEBAGAI AYAH / ORANG TUA
Ketika kita berbicara kasih sayang dan
kelembutan Muhammad saw. terhadap anak-anak, maka tidak akan pernah kita
temukan bandingan dan permisalan seperti beliau saw. Banyak peristiwa dalam
sirah Nabi yang mempesona berkaitan dengan kasih sayang beliau terhadap
anak-anak. Baik beliau sebagai Ayah, Kakek atau Pendidik bagi semua anak-anak.
Termasuk kasih sayang beliau terhadap anak-anak non muslim.
“Adalah Muhammad saw. mengangkat dan
melempar ke atas putri kecilnya, Fathimah Az Zahra’ ra tinggi-tinggi dan
menangkapnya. Beliau melakukan iti beberapa kali, kemudian beliau bersabda,
”Semoga harum namanya dan luas rizkinya.”Muhammad sangat mencintai
cucu-cucunya.
Diriwayatkan oleh Jabir, berkata, ”Saya
menemui Nabi saw, ketika beliau berjalan merangkak sedangkan di atasnya Hasan
dan Husain ra sedang bercanda. Beliau bersabda, ”Seganteng-ganteng orang adalah
kalian berdua, dan seadil-adil orang adalah kalian berdua.”
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra,
berkata, ”Kami shalat Isya’ bersama Nabi. Ketika Nabi sujud, Hasan dan Husain
menaiki punggung Nabi. Ketika beliau mengangkat kepalanya, beliau mengambil
keduanya dari sisi belakang dengan cara lembut dan menaruh keduanya di lantai.
Ketika beliau sujud kembali keduanya mengulangi seperti sebelumnya sampai
beliau selesai shalat. Kemudian beliau mendudukkan salah satunya di pahanya.”
Dari Usamah bin Zaid ra, Rasulullah saw
mengambil saya dan mendudukkan saya di pahanya sedangkan di paha satunya duduk
Hasan ra, kemudian beliau merangkulkan keduanya seraya berdo’a, ”Ya Allah
sayangi keduanya, karena saya menyayangi keduanya.”
Dari Abdullah bin Buraidah dari
bapaknya, berkata, ”Adalah Rasulullah saw sedang berkhutbah, ketika itu Hasan
dan Husain memakai baju merah berjalan-jalan dan mutar-mutar di dalam masjid.
Maka Rasulullah saw. turun dari minbar dan mengambil keduanya, dan menaruhnya
di dekatnya seraya bersabda, ”Sungguh benar firman Allah, ”Sesungguhnya
harta-harta dan anak-anak kalian adalah fitnah bagi kalian.” Saya lihat kedua
anak ini jalan-jalan, sehingga saya tidak bersabar, saya memotong khutbahku
agar saya mengambil keduanya.”
Al Aqra’ bin Habis datang menemui
Rasulullah saw. Ketika itu ia melihat beliau mencium Hasan bin Ali ra. Maka
saya bertanya, ”Apakah kalian mencium anak-anak kalian?” Rasulullah saw.
menjawab, ”Ya”. Al Aqra’ berkata, ”Sungguh, saya mempunyai sepuluh anak, tidak
pernah sekali pun saya mencium salah satu dari mereka.” Maka Rasulullah saw.
bersabda, ”Barangsiapa yang tidak sayang, ia tidak akan disayang.” Muttafaqun
’Alaih.
Perilaku Muhammad saw. yang demikian
tidak hanya kepada keluarganya saja, tapi untuk semua anak-anak pada masanya,
sampai pembantunya sekalipun.
Adalah Anas Bin Malik memberi
kesaksian, ”Saya telah sepuluh tahun menjadi pelayan Rasul, selama itu beliau
tidak pernah berkata uf atau hus ata ah kepada saya.” Muhammad saw. sangat
menganjurkan agar memberi nama anak dengan sebaik-baik nama, begitu juga beliau
sangat tidak setuju dan melarang pemberian nama yang buruk. Kenapa? Karena nama
itu jangan sampai mempengaruhi mentalitas anak ketika mereka menginjak dewasa.
Muhammad saw. juga sangat memperhatikan
penampilan anak-anak.
Diriwayatkan dari Nafi’ bin Umar, bahwa
Nabi saw. melihat anak kecil rambutnya dipotong separuh dan separuh lagi
dibiarkan, maka beliau melarang hal yang demikian, seraya bersabda, ”Cukur
semuanya atau tidak sama sekali.”
Demikian yang bisa sampaikan kali ini, jika ada yang salah, itu adalah kesalahan saya, dan jika benar itu datangnya dari Allah SWT.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu 'Alaikum.